Pemerintah Didesak Lakukan Intervensi Harga Kedelai

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar menyebabkan harga sejumlah produk impor seperti kedelai melonjak tinggi. Lonjakan harga kedelai ini juga membuat para konsumen dan perajin tempe tahu mengeluhkan hal tersebut.

Harga kedelai impor di tingkat perajin tahu melonjak menjadi Rp 9.300/kg dari sebelumnya Rp 7.000/kg. Harga jual produk tahu naik rata-rata Rp 50-500/potong atau naik 20%-25%.

Ketua Umum Gabungan Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin menuturkan kekhawatirannya soal tingginya harga kedelai di depan Komisioner Komisi Pengawas dan Persaingan Usaha (KPPU) Munrokhim Misanam. Mereka mengutarakan kekhawatiran akan  kelangsungan usaha mereka yang saat ini terancam karena ketidakmampuan perajin membeli harga kedelai yang terlalu tinggi.

Saat public hearing digedung KPPU Aip mengatakan “Saat ini harga kedelai sudah Rp 8.000-10.000/kg dan ini tertinggi sepanjang sejarah. Kami sudah tidak tahan, kami sedih, kami menderita, kami mempunyai 115.000 perajin dengan 1,5 juta karyawan dan 5 juta kepala keluarga yang menggantungkan hidup dari kedelai. Yang terkena imbasnya perajin yang kecil-kecil Pak. Ribuan sudah karyawan yang telah dirumahkan”.

“Kami berharap ada keberpihakan pemerintah sesuai UU Pasal 32 ayat 2 kami ingin dibantu untuk meneruskan usaha kami. Jadi tolong bantu kami. Kami mengurangi ukuran tahu-tempe, masyarakat ngomel-ngomel. Kami tidak ingin menjadi orang kaya tetapi kami ingin makan,” ujarnya.

Pada acara kali ini, KPPU juga memanggil beberapa perwakilan yang terkait dengan kedelai seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Perum Bulog, Dewan Kedelai Indonesia, importir dan Badan Pusat Statistik (BPS). Para pengrajin tahu tempe saat ini mendesak pemerintah melakukan intervensi harga kedelai saat ini  agar keberlangusngan industri mereka bisa bangkit kembali. (MJ)