Oleh: Nurul Fatimah Hadiyanti (Santri Pesma YKM FEUI) Manajemen FEB UI
Walau digital age belum dirasakan masyarakat secara merata di seluruh wilayah di Indonesia, tapi perlahan digital age akan dengan cepat merambat ke daerah pelosok Indonesia sekalipun. Digital age tidak terlepas dengan namanya koneksi internet. Dua hal ini memiliki hubungan positif, ketika pertumbuhan jaringan meningkat atau semakin mudahnya mengakses internet, maka peningkatan dan kemudahan tersebut akan merepresentasikan perubahan yang disebabkan oleh “Digital Age”.
Melihat dari perilaku penggunaan internet, menurut hasil SurveyOne bulan November 2016, masyarakat tercatat mengakses internet rata-rata 5,5 jam per hari dengan waktu yang digunakan untuk membuka website yang paling sering ada pada pukul 07.00-10.00 pagi. 56,3% masyarakat mengakses internet dengan menggunakan smartphone. Dengan perilaku seperti ini, maka wajar saja jika beragam hal, seperti hiburan, bisnis, perbankan, buku dan lainnya bermain di rana digital karena potensinya lebih besar dan tentunya dinilai lebih murah dan cepat.
Suksesi berbagai bidang bisnis dalam menerapkan teknologi digital seakan mengajak semuanya untuk mencoba peruntungan dalam mengembangkan produk dan usaha mereka. Di tahun 2012, semenjak masuknya Lazada di Indonesia seakan membuka peluang baru bagi pertumbuhan E-commerce yang diikuti oleh lahirnya E-commerce karya anak negri seperti Bukalapak. Kemudian, dalam bidang bisnis, seperti bidang Marketing yang dinilai lebih dulu dan lebih cepat tanggap pada “Consumer Behavior” orang Indonesia.
Tahun 2016 lalu, orang-orang marak memperbincangkan potensi Financial Technology yang biasa disebut Fintech. Di Indonesia, perkembangan Fintech tidak secepat E-commerce, karena harus menunggu waktu yang tepat. Menurut data statistik Bank Umum 2015, hanya sekitar 60 juta orang dari total populasi Indonesia yang memiliki rekening bank. Dari data tersebut, bisa disimpulkan bahwa perilaku masyarakat Indonesia dalam memberikan responsi terhadap perkembangan finansial beserta teknologinya dinilai cukup lambat. Hal ini juga menjadi tantangan bagi literasi keuangan di Indonesia. masyarakat dinilai masih kurang paham sehingga, dibutuhkan solusi yang bisa memberikan pemahaman ke masyarakat.
Kehadiran Fintech dipercaya mampu memberikan solusi dari tantangan tersebut. Perlu diketahui, . industri yang paling dipengaruhi Fintech seperti consumer banking, fund transfer dan payment, investment dan wealth management, brokerage services dan property casuality insurance. Sebelum tahun 2016, sebenarnya masyarakat telah dikenalkan oleh salah satu instrumen Fintech yaitu Elektronik payment. E-payment mendorong masyarakat untuk merasakan kemudahan pembayaran misalnya jika hendak melakukan transaksi di E-Commerce. Dengan kemudahan yang ditawarkan, masyarakat tidak perlu datang ke bank atau ATM untuk melakukan pembayaran. Semua telah terintegrasi dengan internet dan jaringan seluler. Karena hal ini, masyarakat akhirnya sadar dan beramai-ramai membuat akun rekening bank dan mengitegrasikannya dengan fasilitas e-banking atau sms banking.Kemudian, ada juga bentuk pembayaran seperti electronik wallet yang sistem kerjanya ada yang dilakukan tanpa membuka akun rekening bank. Misalnya, e-wallet yang ditawarkan oleh operator seluler yang memberikan berbagai promo untuk mendapatkan pengguna yang lebih banyak.
Di tahun 2017 Fintech yang dimaksud lebih dari sekedar teknologi pembayaran saja. Karena fintech pada bidang fund transfer dan payment dan juga consumer banking sebenarnya telah berkembang beberapa tahun lalu, maka perkembangan selanjutnya di tahun ini adalah ada pada bidang investasi. Sebut saja, Koinworks, Investree dan Amartha adalah salah satu perusahaan investasi yang bergerak pada Fintech dengan target nasabah yang berbeda-beda. Mereka adalah contoh platform daring yang mampu memberikan pinjaman bagi sekmen UMKM online.
Dikutip dalam majalah Marketing, Niki Luhur selaku CEO Asosiasi Fintech Indonesia, percaya, walaupun memperkenalkan fintech tidak mudah, namun dengan potensi dan peluang yang besar di Indonesia menjadi motivasi mereka untuk terus mengembangkan Fintech di Indonesia.